Kain Batik Juga Merupakan Khas Betawi? Emang Iya?
Baju adat DKI Jakarta juga identik dengan kain batik khas Betawi.
Umumnya dibuat sebagai bawahan atau cukin, sarung dilipat dan diselempangkan di leher atau hanya diletakkan saja di pundak.
Meski tak sepopuler batik Jawa, namun batik Betawi mempunyai karakteristik yang khas.
Motif dan coraknya mempunyai elemen simbol-simbol yang identik kebudayaan Betawi. Misalnya saja, ada ondel-ondel, jali-jali, ngaronjeng, dan lainnya.
Warna yang digunakan bahkan lebih jelas, seperti merah, hijau, kuning, dan biru yang cerah.
Di balik batik Betawi https://kaospolosbali.com/ ada filosofi yang sarat makna lho, Genggss merupakan sebagai keseimbangan alam semesta dalam memenuhi hidup yang sejahtera dan barokah.
Bila Genggss jalan-jalan ke Jakarta, pada hari tertentu akan memandang pakaian adat DKI Jakarta, yang dipadukan kain batik Betawi dikenakan oleh para petugas pemerintahan.
Baju Tikim dan Celana Pangsi
Pernah memandang pakaian berwarna serba hitam yang dikenakan pemain silat, Genggss?
Baju hal yang demikian merupakan pakaian tikim dan celana pangsi, busana tradisional Betawi.
Ini lebih dikenal dengan sebutan pakaian pangsi.
Busana ini punya ciri leher yang bulat dan berlengan panjang.
Pada badannya dibuat longgar.
Celananya dibuat menggantung agar menonjol lebih simpel.
Baju tikim dan celana pangsi merupakan pakaian yang dipengaruhi adat istiadat Tionghoa.
Baju tikim berasal dari bahasa Hokkian “tui kim” dan celana pangsi dara kata “phang si”, diubahsuaikan dari pakaian tradisional orang Tionghoa di Batavia.
Baju tikim dan celana pangsi yang digunakan masyarakat tradisional Betawi di masa lalu, lazimnya digunakan oleh para petani, pendekar, kampiun, piawai silat atau main pukulan.
Di masa kini, selain pemain silat, pakaian ini masih dikenakan oleh orang tua keturunan Betawi sebagai pakaian sehari-hari.
Warna-warnanya bahkan sudah bervariasi, selain hitam juga ada merah dan hijau.
Busana Pengantin
Baju adat DKI Jakarta khas Betawi yang dikenakan pengantin merupakan pembauran adat istiadat Tionghoa, Arab dan Barat.
Mengutip Warisan Tradisi Takbenda Indonesia, pakaian pengantin pria disebut Dandanan Penganten Care Haji dan pakaian pengantin perempuan disebut Dandanan Care None Penganten Cine.
Busana yang digunakan oleh pengantin pria terdiri atas:
- Jubah, atau jube, merupakan pakaian luar yang longgar dan besar serta terbuka pada komponen tengah depan dari leher sampai ke bawah.
- Gamis polos merupakan pakaian dalam jube berwarna muda, kalem, dan lembut yang tak terlalu kontras dengan warna jubahnya.
- Selempang sebagai tanda kebesaran, digunakan di komponen dalam jubah, diselempangkan pada pundak kiri menuju pinggang kanan.
- Alpie, merupakan tutup kepala khas sorban haji setinggi 15-20 cm, dililit sorban putih atau emas. Alpie dihias dengan ronce melati tiga untai.
- Alas kaki berupa sepatu pantofel.
- Sirih dare, berupa 5-7 lembar daun sirih dilipat terbalik yang ujung atau batangnya tak dibuang. Di dalamnya diselipkan bunga mawar merah dan uang sembe merupakan lambang kasih sayang.
Busana pengantin wanita Betawi terdiri atas:
- Tuaki, merupakan pakaian komponen atas yang terbuat dari bahan yang gemerlap.
- Kun merupakan rok komponen bawah yang dibuat agak lebar.
- Roban tipis, penutup kepala
- Teratai Betawi sebagai hiasan penutup dada, dikenakan sehelai kain bertatahkan emas yang dibuat mengelilingi leher dan berkancing di belakang yang disebut delime.
- Alas kaki atau penutup kaki berupa selop berbentuk perahu kolek, dan diperindah dengan tatahan emas dan manik-manik disebut selop kasut.